Rabu, 23 November 2016

makalah statistik nonparametrik



MAKALAH
STATISTIK NONPARAMETRIK


DI SUSUN OLEH :
DIAN PURNAMASARI


DOSEN PENGAMPUH : CHIKA RAHAYU S.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP MUHAMMDAIYAH PAGARALAM
2015/2016





KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt, dimana atas rahmat dan karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul ’’ STATISTIK NONPARAMETRIK ‘’ ini meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah kami ini,dan juga kami berterimakasih kepada Ibu CHIKA RAHAYU S.Pd selaku dosen mata kuliah geometri analitik ruang yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalh sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.






                                                                                     Pagaralam,1Agustus 2016

                                                                                                            Penyusun,








Daftar isi
KATAPENGANTAR .......................................................................................  i
DAFTARISI                                                                                                               ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG ....................................................................  1
B.     RUMUSAN MASALAH ................................................................  2 
C.    TUJUAN........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1    STATISTIK NONPARAMETRIK............................................... 3
1.2    PENGUNAAN NONPARAETRIK.............................................. 9
1.3    METODE STATISTIK NONPARAMETRIK...........................  2
1.4    LANGKAH-LANGKAH UJI RANG TANDA WILXON..........  4
BAB III PENUTUP
3.1     KESIMPULAN ............................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16













BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
           
Istilah  nonparametrik  pertama kali digunakan oleh Wolfowitz, pada   tahun 1942.  Metode  statistik  nonparametrik  merupakan metode statistik  yang dapat digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistic parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Istilah  lain yang sering digunakan untuk statistik  nonparametrik adalah statistik bebas distribusi (distribution free statistics) dan uji bebas asumsi (assumption-free test). Statistik  nonparametric banyak digunakan pada penelitian-penelitian sosial. Data yang diperoleh dalam penelitian sosial pada umunya berbentuk kategori atau berbentuk rangking.
   Uji statistik nonparametrik  ialah suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi - asumsi mengenai sebaran data populasi. Uji statistik ini disebut juga sebagai statistik bebas sebaran (distribution free). Statistik nonparametrik tidak mensyaratkanbentuk sebaran parameter populasi berdistribusi normal. Statistik nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal atau ordinal karena pada umumnya data berjenis nominal dan ordinal tidak menyebar normal. Dari segi jumla data, pada umumnya statistik nonparametrik digunakan untuk data berjumlah kecil (n <30).








B.  Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang diambil dari penyusunan makalah ini adalah
a.     Definisi Statistika Nonparametrik
b.     Kelebihan dan kelemahan Statistika Nonparametrik
c.     Penggunaan Statistika Nonparametrik
d.     Metode Statistika Nonparametrik

C.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan open recruitment calon asisten laboratorium Sistem Kualitas (LSK) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Suarakarta.
















BAB II
PEMBAHASAN

1.1  STATISTIK NONPARAMETRIK

Kelebihan Uji Non Parametrik:
- Perhitungan sederhana dan cepat
- Data dapat berupa data kualitatif (Nominal atau Ordinal)
- Distribusi data tidak harus Normal

Kelemahan Uji Non Parametrik:
- Tidak memanfaatkan semua informasi dari sampel (Tidak efisien)
  Kelemahan diperbaiki dengan menambah ukuran sampel
  Beberapa Uji Non Parametrik yang akan dipelajari :
- Uji tanda berpasangan
- Uji Peringkat 2 Sampel Mann-Whitney
- Uji Peringkat 2 Sampel Wilcoxon
- Uji Korelasi Peringkat Spearman
- Uji Konkordansi Kendall
- Uji Run(s)

a)     Uji Tanda Berpasangan
 Uji dilakukan pada 2 sampel terpisah (independen)
 tanda (+) → data pada sampel 1 > pasangannya sampel 2
 tanda (–) → data pada sampel 1 < pasangannya sampel 2
 tanda Nol (0) → data pada sampel 1 = pasangannya sampel 2

          Tanda Nol tidak digunakan dalam perhitungan Notasi yang digunakan :
n = banyak tanda (+) dan tanda (–) dalam sampel
p= proporsi SUKSES dalam sampel.

SUKSES tergantung dari apa yang ditanyakan (ingin diuji) dalam soal.
Jika yang ingin diuji sampel 1 > sampel 2 maka SUKSES adalah banyak tanda(+)
Jika yang ingin diuji sampel 1 < sampel 2 maka SUKSES adalah banyak tanda (–)
Nilai disesuaikan dengan nilai pengujian p yang diinginkan dalam soal p0
atau jika ingin diuji proporsi sampel 1 = proporsi sampel 2 maka = = 0.50 p0q0
Penetapan Penetapan H0 dan H:
Ø Terdapat 3 alternatif H0 dan H1:
(a) H0: p = dan p0H1: p< p0
Ø Uji 1 arah dengan daerah penolakan H0: z < −zα
(b) H0: p = dan p0H1: p > p0
Ø Uji 1 arah dengan daerah penolakan H0: z > zα
(c) H0: p = dan p0H1: p ≠ p0
Ø Uji 2 arah dengan daerah penolakan H0: z < −zα/2 dan z > zα/2
Contoh 1a:
Berikut adalah nilai preferensi konsumen terhadap 2 Merk Sabun Mandi. Dengan taraf nyata 1%, ujilah apakah proporsi preferensi konsumen pada kedua merk bernilai sama? No. Responden
LUXE
GIVE
Tanda

1.

4
2
+

2.

2
3

3.

3
3
0

4.

2
3

5.

3
2
+

6.

1
2

7.

2
3

8.

3
4

9.

3
2
+

10.

2
1
+

11.

4
1
+

12.

1
1
0

13.

4
2
+

14.

3
2
+

15.

4
3
+

Banyak tanda (+) = 8  
Banyak tanda (–) = 5        
 n = 8 + 5 = 13
Jika kita asumsikan LUXE lebih disukai dibanding GIVE maka SUKSES dalam sampel adalah p= proporsi banyak tanda (+) dalam sampel.
p= banyak positifn==813062.
q = 1 –p = 1 - 0.62 = 0.38
Karena ingin diuji proporsi yang suka LUXE = GIVE maka = = 0.50 p0q0
Langkah Pengujian:
1. H0: p = 0.50 H1: p ≠ 0.50
2. Statistik Uji : z
3. Uji: 2 Arah
4. Taraf Nyata Pengujian = α = 1% → α/2 = 0.5% = 0.005
5. Daerah Penolakan H0
z < −z → z < -2.575                                                                 z > → z > 2.575



Nilai statistik Uji :
                 o          0,62- 0,50    0.12        0.12          0.12
Zhitung= = =           = =  0.13867= 0.8653
                     N                  13             13
 0.87
                    

7. Kesimpulan:
z hitung = 0.87 ada di daerah penerimaan H0 H0 diterima
Proporsi konsumen yang menyukai LUXE masih sama dengan yang menyukai
GIVE.
Contoh :
Dengan menggunakan data pada Tabel 1 dan taraf nyata 1% ujilah apakah proporsi preferensi konsumen pada sabun LUXE dibanding sabun GIVE sudah lebih dari 0.30?
p0 = 0.30
0q = 1 - 0.30 = 0.70
1. H0: p = 0.30 H1: p > 0.30
2. Statistik Uji : z
3. Uji 1 Arah
4. Taraf Nyata Pengujian = α = 1% = 0.01
5. Daerah Penolakan H0
z > z→ z > 2.33

Luas daerah ini = α Daerah Penolakan H0
                                                                                    2.33




1.2 Penggunaan Statistika Nonparametrik
Berikut ini akan dijelaskan pedoman penggunaan uji statistika nonparametrik dalam pengambilan keputusan.
APLIKASI
TEST PARAMETRIK
TEST NONPARAMETRIK
Dua sampel saling berhubungan
Uji T
Uji Z
  Sign Test
  Wilcoxon Signed-Rank
  Mc Nemar Change Test
Dua sampel tidak berhubungan
Uji T
Uji Z
  Mann-whitney U test
  Moses Extreme Reactions
  Chi-square test
  Kolmogorov-Smirnov Test
  Walt-Wolfowitz runs
Beberapa sampel berhubungan

  Freidman test
  Kendall W test
  Cochran’s Q

Beberapa sampel tidak  berhubungan
Uji ANOVA (Uji F)
  Kruskal-Wallis test
  Chi-square test
  Median test




1.3 Metode Statistika Nonparametrik
Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode pengambilan keputusan yang termasuk dalam uji statistika nonparametrik.
a. Uji Tanda
    Uji tanda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai median populasi. Dalam banyak kasus prosedur nonparametrik, rataan digantikan oleh median sebagai parameter lokasi yang relevan untuk diuji.
Uji tanda juga mempunyai asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial. Binomial artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda, yaitu positif dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda banyak digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan pengujiannya dan tidak memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini terbilang cukup mudah. Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-). Dan, apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai pengamatan tersebut harus dibuang.
Pengujian uji tanda yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis nolnya beserta dengan hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta nilai proporsi peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan  Z hitung (apabila jumlah sampel lebih dari 30) dengan nilai n merupakan jumlah data pengamatan setelah dibandingkan dengan nilai rataannya dan nilai x adalah jumlah data pengamatan dengan tanda (+). Dengan begitu nilai Z akan didapat dan nilai P (proporsi)nya dapat ditentukan. Keputusan H0 akan ditolak apabila nilai P yang didapat lebih kecil atau sama dengan nilai taraf nyatanya.

b.      Uji Rang-Tanda
Uji Rang-Tanda dicetuskan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945 dan saat ini disebut sebagai uji rang-tanda Wilcoxon. Uji ini memanfaatkan baik tanda maupun besarnya selisih. Uji rang-tanda Wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel yang dependen bila skala ukur memungkinkan kita menentukan besar selisih yang terjadi, jadi bukan sekedar hasil pengamatan yang berbeda saja. Uji rang-tanda Wilcoxon cocok digunakan bila kita dapat mengetahui besarnya selisih antara pasangan-pasangan harga pengamatan X1 dan Y1 berikut arah selisih yang bersangkutan. Apabila kita dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka kita dapat menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih itu. Melalui penyusunan peringkat selisih – selisih inilah uji Wilcoxon memanfaatkan informasi tambahan yang tersedia.
Asumsi :
         Data untuk analisis terdiri atas n buah beda. D1 = Y1 – X1
         Sampel X dan sampel Y adalah Variabel- variable acak kontinyu dan beda X1 - Y1,  X2 -Y2…dst bersifat kontinyu pula.
         Hipotesis nol yang di uji menyatakan bahwa median perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel sama dengan nol.

1.4  Langkah – langkah uji rang-tanda Wilcoxon :
1.    Asumsikan bahwa populasi perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel adalah variable acak kontinyu.
2.    Hipotesis
  • Uji satu sisi :
a. Ho : W (+) = W (-)               Hi  : W (+) > W (-)
b.  Ho : W (+) = W (-)               Hi  : W (+) < W (-)
  • Uji dua sisi :
Ho : W (+) = W (-)                Hi  : W (+) ≠ W (-)
W (+)  : Jumlah semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi, Yi) yang bertanda positif.
W (-) :  Jumlah semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi, Yi) yang bertanda negative
3.    Untuk setiap pasangan nilai pengamatan (Xi, Yi), hitung perbedaannya (di = Xi – Yi).
4.    Berikan peringkat terhadap perbedaan nilai pasangan pengamatan, mulai dari peringkat 1 untuk perbedaan terkecil hingga peringkat n untuk perbedaan terbesar. Bila terdapat perbedaan nilai pasangan yang sama, perbedaan pasangan nilai yang sama di beri peringkat rata-ratanya . untuk beda nol, tidak diperhatikan.
5.    Bubuhkan tanda kepada peringkat yang sudah dibuat itu: positif atau negative sesuai dengan tanda perbedaan nilai pengamatan aslinya.
6.    Hitung banyaknya di yang bertanda positif (disebut W+) dan negative (disebut W_).
7.    Statistik uji peringkat bertanda Wilcoxon ialah W. M yang dipakai ialah W+ atau W_ yang nilainya lebih kecil :
8.    W+ = ∑ Ri (Semua peringkat positif) dan               │W-│= │∑Ri(Semua peringkat Negatif)
Hipotesa nol ditolak apabilai nilai W+, W-, atau W lebih kecil atau sama dengan nilai di tabel yang sesuai.
c.  Uji Jumlah-rang
     Uji ini dilakukan apabila ingin menguji kesamaan rataan dua distribusi yang kontinu yang jelas tidak normal dan sampelnya bebas.


Menguji
H0
Tandingan
H1
Hitunglah
μ1 = μ2
μ1 < μ2
μ1 > μ2
μ1  μ2
μ1
μ2
u

Misalkan n1 banyaknya pengamatan dalam sampel yang lebih kecil, dan n2 banyaknya pengamatan dalam sampel yang lebih besar. Urutkanlan n1 dan n2 pengamatan dari kecil ke besar dan beri peringkat. Bila terdapat yang seri, maka pengamatan tersebut diganti dengan dengan rataan rangnya jika keduanya dapat dibedakan (tidak seri).
Jumlah rang yang berasal dari n1 pengamatan dalam sampel yang lebih kecil dinyatakan dengan w1. Dan w2 merupakan jumlah rang yang berasal dari n2 pengamatan dalam sampel yang lebih besar.
Apabila nilai w1 sudah ditemukan maka nilai w2 dapat dicari. Seperti rumus dibawah ini,
w1 + w2 =  w2
Untuk pengujian ekasisi, hipotesis nol μ1 = μ2 ditolak dan diterima tandingannya μ1 < μ2 apabila w1 kecil dan w2 besar. Begitu pula, tandingan μ1 > μ2 dapat diterima jika w1 besar dan w2 kecil. Untuk pengujian dwisisi, tandingan μ1  μ2 diterima bila minimum dari w1 dan w2 cukup kecil.
d.  Uji Kruskal – Wallis
Uji Kruskal – Wallis sering pula disebut Uji H Kruskal – Wallis, adalah rampatan uji jumlah rang (dwisampel Wilcoxon) untuk sejumlah sampel k>=2. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa k sampel bebas berasal dari populasi yang sama. Diperkenalkan oleh W.H. Kruskal dan W.A. Wallis pada tahun 1945, uji ini merupakan padanan cara nonparametrik untuk menguji kesamaan rataan dalam analisis variansi ekafaktor bila si pencoba ingin menghindari bahwa sampel berasal dari populasi normal.
Uji ini mirip dengan uji Anova pada data parametrik hanya saja tidak dipenuhi anggapan k kenormalan dari data. Analisis yang digunakan berdasarkan Rij yaitu ranking data, bukan data itu sendiri.

Langkah – langkah uji Kruskal - Wallis :
1.      H0 : Semua K populasi adalah identik
2.      H1 : Tidak semua K populasi identik
3.      Tentukan taraf nyatanya.
4.     Tentukan daerah kritisnya dengan menggunakan tabel chi-kuadrat.     Dengan derajat kebebasan v = k-1
5.      Melakukan perhitungan uji kruskal – wallis dengan rumus dibawah ini
dengan ni  merupakan jumlah data pengamatan disetiap sampel dan ri merupakan jumlah rang dalam satu sampel data pengamatan.


















BAB III
PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
                        Pada bab III ini akan diberikan kesimpulan mengenai makalah yang sudah ditulis.
1.    Statistika dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensia.
2.    Statistika deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data.
3.     Statistik inferensial adalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakterisktik atau ciri dari suatu populasi.
4.     Statistika inferensial dibedakan menjadi dua yaitu statistika parametrik dan statistika nonparametrik. Statistika nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berskala ordinal dan nominal.
5.     Kelebihan statistika nonparametrik dari parametrik adalah perhitungannya lebih sederhana, data tidak harus kuantitatif, dan asumsi tidak mengikat.
6.     Kelemahan statistika nonparametrik adalah tidak terlalu efisien karena jumlah contoh atau sampel lebih besar.
7.     Beberapa metode pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan menggunakan uji statistika nonparametrik adalah uji tanda, uji rang-tanda, uji jumlah-rang, uji kruskal-wallis, dll.
8.    Uji statistika nonparametrik lebih banyak menggunakan sistem rang atau peringkat dalam penentuan daerah kritisnya beserta dalam penarikan keputusan.



Daftar Pustaka


Djarwanto. 1991. Statsitik Non Parametrik. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Nasution, S. 2006. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta